Meski memiliki kemewahan dapat menulis dan membaca tetapi tembok penghalang dan keterbatasan Kartini dalam pingitan tidaklah mampu menaklukkan semangatnya untuk menemukan cara memperjuangkan nasib Perempuan. Suratnya telah menembus banyak hati dan pikiran, menerobos cara berpikir dan mendorong terjadinya perubahan.
Gelora semangat perjuangan Kartini dipelihara dan diteruskan oleh Perempuan Adat. Pengabaian dan pengingkaran peran Perempuan Adat yang menempatkannya dalam kungkungan keterbatasan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan, kesempatan yang adil untuk menikmati akses pendidikan, informasi dan kemewahan untuk berpartisipasi dalam ruang public justru menyatukan rasa senasib sepenanggungan, dan mengkonsolidasikan Perempuan Adat.
Keterbatasan yang justru menguatkan langkah Perempuan Adat untuk terus bersuara menggunakan ruang domestic sebagai sumber kekuatan yang politis dan secara nyata menempatkan peran Perempuan Adat dalam kehidupan Berbangsa. Mematahkan stigma dan diskriminasi untuk mengakhiri ketidakadilan.
Tinggalkan Balasan