Merayakan Perempuan Pedesaan, Pejuang Perubahan Alam Kita

Peran perempuan dalam menjamin keberlangsungan komunitas di pedesaan dan memperbaiki kualitas penghidupan komunitasnya amatlah besar. Sayangnya, peran mereka yang penting ini tidak mendapat pengakuan yang pantas. Perempuan-perempuan pedesaan sebagian besar bekerja di sektor pertanian dan sebagian lainnya bekerja secara informal. Mereka juga melakukan banyak pekerjaan rumah tangga di level keluarga dan bahkan pedesaan. Banyak dari mereka yang bekerja tanpa diupah. Padahal, perempuan-perempuan pedesaan memberikan kontribusi signifikan pada hasil produksi tani, kedaulatan pangan dan gizi, pengelolaan lahan dan sumber daya alam, serta ketahanan iklim.

Perempuan petani dan peladang bisa jadi sama produktifnya seperti laki-laki petani dan peladang. Namun, perempuan-perempuan ini masih susah untuk mengakses lahan mereka, sehingga mereka memiliki ruang yang terbatas untuk mendapatkan akses hasil pertanian yang seharusnya bisa mereka peroleh. Terdapat hambatan struktural dan norma sosial yang diskriminatif terus membatasi kekuasaan perempuan dalam pengambilan keputusan dan partisipasi politik dalam rumah tangga dan masyarakat pedesaan. Perempuan dan anak perempuan di daerah pedesaan tidak memiliki akses yang sama ke sumber daya alam, layanan publik, seperti pendidikan dan perawatan kesehatan, dan infrastruktur, termasuk air dan sanitasi. Banyak dari pekerjaan mereka tetap tidak kasatmata dan tidak dibayar, bahkan ketika beban kerja mereka menjadi semakin berat karena penduduk laki-laki mulai meninggalkan desa.

Perempuan-perempuan pedesaan di
Dusun Malapoma, Rendubotowe, Kec. Aesesa Selatan, Kab. Nagekeo, Ende, Flores. Foto: koleksi pribadi Devi Anggraini

Dampak perubahan iklim, termasuk akses ke sumber daya produktif dan alam, memperkuat ketidaksetaraan gender yang ada di daerah pedesaan. Perubahan iklim memengaruhi aset dan kesejahteraan perempuan dan pria secara berbeda. Hal ini berpengaruh pada produksi pertanian, kedaulatan pangan, kesehatan, sumber daya air dan energi, serta berbagai konflik dan bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim. Kelangkaan pangan, kerusakan alam, serta perubahan iklim dapat diminimalisir bila perempuan-perempuan pedesaan berdaya. Rayakanlah hari ini sembari berterima kasih pada mereka, serta tak lupa berjuang agar mereka mendapat hak-hak mereka secara utuh 🙂

Untuk membaca tentang mengapa Perempuan Adat (yang mayoritasnya merupakan perempuan pedesaan) merupakan subjek dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, sila baca disini. Untuk memahami langkah mengupayakan Perempuan Adat menjadi bagian dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, materi dapat kalian unduh disini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *