Masyarakat adat sudah mendapatkan pendidikan yang bersifat formal mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Dalam pendidikan formal masyarakat adat dituntut untuk bias baca tulis dan mengetahui sejarah Indonesia yang didominasi oleh sejarah kerajaan. Masyarakat adat juga mempelajari bahasa Indonesia serta bahasa asing. Pendidikan formal membuat masyarakat adat harus bercita-cita meninggalkan kampong halaman demi mengenyam pendidikan formal. Anak-anak pun pergi ke kota untuk mengenyam pendidikan. Kadang kala mereka ingin menetap di kota tersebut dan mereka malu untuk berbahasa daerah mereka.
Indonesia memiliki keanekaragaman yang di dalamnya terdapat berbagai adat istiadat, suku, bangsa, bahasa dan budaya yang terangkum dalam identitas. Namun, bahasa daerah yang merupakan identitas masyarakat adat yang sangat melekat dalam diri mereka sekarang ini hamper jarang digunakan karena merasa malu untuk menggunakannya. Dalam pendidikan formal tidak diajarkan tentang sejarah identitas asli para pelajar atau dianjurkan untuk berbahasa daerah. Seiring berjalannya arus modernisasi yang membuat generasi muda mengesampingkan bahasa daerah.
Kalimantan Barat yang memiliki banyak komunitas masyarakat adat didalamnya juga memiliki permasalahan dengan hamper hilangnya identitas sebagai masyarakat adat. Karena itulah pendidikan adat yang terdapat di sekolah adat harus hadir ditengah-tengah masyarakat adat.
SEKOLAH ADAT SAMABUE dirintis oleh lima orang pemuda-pemudi adat sebagai tim inti yang memiliki kepedulian terhadap identitas peninggalan leluhur. Samabue merupakan nama sebuah bukit yang dianggap sacral atau keramat oleh masyarakat adat yang berada di komunitas masyarakat adat Binua Manyalitn. Banyak ritual adat yang dilakukan di bukit Samabue ini. Hal ini menginspirasi perintis sekolah adat menyepakati pemberian nama Sambue sebagai nama sekolah adat.
Sekolah Adat Samabue berdiri pada tanggal 24 Februari 2016. Struktur pengurus sekolah adat ini meliputi Ketua, Sekretaris, Bendahara, Divisi Donasi dan Divisi Rekrutmen serta tenaga pengajar. Tim inti dan tenaga pengajar melakukan rapat seminggu satu kali. Sekolah Adat Samabue ini sudah berjalan di tiga komunitas adat yaitu Binua Manyalitn, Binua Lumut Tangah dan Binua Kaca.
“Semua orang itu guru alam raya sekolahku’’adalah motto dari sekolah adat Samabue. Sekolah tersebut juga menjadi ruang bagi perempuan adat, dimana sosialisasi untuk gerakan perempuan adat bias dilakukan melalui Sekolah Adat yang diawali dari orang tua anak-anak dari Sekolah Adat Samabue. Tim inti dari Sekolah Adat Samabue juga merupakan anggota perempuan adat Komunitas Binua Manyalitn.
Kegiatan Sekolah Adat Samabue.
Sekolah Adat Samabue ini merekrut anak didik mulai dari usia 4 tahun sampai usia 15 tahun. Saat ini jumlah murid sekolah adat sebanyak 60 murid. Kelas yang diajarkan antara lain kelas tari tradisional, kelas sejarah yang sesuai dengan komunitas, kelas singara (bercerita) dan kelas music tradisional. Kegiatan belajar mengajar diadakan dua kali pertemuan dalam seminggu. Pembagian kelas disesuaikan dengan kesepatan tim inti dan tenaga pengajar. Kurikulum juga menyesuaikan dengan kebutuhan di komunitas.
Kelas tari tradisional mengajarkan gerakan tari tradisinal kepada anak-anak, mulai dari gerakkan dasar dengan pola lantai yang sederhana. Ada tari Jubata, dimana tari Jubata ini memiliki gerakan kaki yang sangat cepat dan tarian ini mengadung unsure sacral didalamnya. Selain itu ada pula tari Bawangk, tarian ini dengan gerakkan santai dan ini diiringi dengan musik tradisional yang juga bernama musik Bawangk. Selain itu pula ada tari Samoko dengan gerakan yang sangat lambat. Ada juga tarian kreasi yang di dalamnya bias dikolabrasikan dan dikreasikan sesuai dengan sipnosis tarian yang akan dibawakan.
Dalam kelas music tradisional ini anak-anak diajarkan memainkan alat music dengan pilihan mereka masing-masing diantaranya; Gong, Dau (alat musik Dayak yang terbuat dari logam yang bentuknya menyerupai Bonang dalam Gamelan Jawa), Beduk dan Suling. Sedangkan musik yang dimainkan ada music Bawangk, Jubata, Ledangk, Samoko, Pulo pinang. Kelas sejarah melibatkantetua-tetua adat sebagai tenaga pengajar. Dimulai dengan sejarah suku Dayak Kanayatn ,sejarah komunitas, sejarahbahuma batahutn (berladang) sampaipadahukumadatsukuDayak Kanayatn. Sementara itu, kelasSingara merupakan sebuah kelas bercerita atau mendongeng yang dalam hal ini juga melibatkan anak muda serta tetua adat dalam proses belajarnya. Singara sangat digemari oleh anak-anak, karena ada unsur-unsur yang sangat lucu sehingga anak-anak tertawa bahagia.
Harapannya melalui Sekolah Adat Samabue akan tercipta generasi muda adat yang kreatif berbudaya. Kami pun generasi suku Dayak Adat Kanayatn mampu menggali kembali sejarah komunitas adat serta mampu mempertahankan kearifan lokal di tengah arus modernisasi.
***
ModestaWisa
PHKom Binua Manyalitn, Kalimantan Barat
Saya kepe ngen bantu apa lagi saya sebagai kasi sejarah dan tradisi disdikbud landak namun yg diatas tdk mendukung
[…] YPMAN’s notable indigenous school networks are Sekolah Adat (SA) Samabue in Menjalin, in the province of West Kalimantan, founded in 2016 and Rumah Belajar (RB) Sianjur […]